Wednesday, December 31, 2008

10 Bupati dan Wali Kota Pilihan Tempo 2008

JAKARTA -- Menutup tahun 2008, Majalah Berita Mingguan Tempo memilih 10 bupati atau wali kota sebagai Tokoh Tempo 2008. Ini merupakan hasil seleksi Tempo dengan tim juri selama tiga bulan terhadap lebih dari 300 wali kota dan bupati.
Ke-10 tokoh terbaik itu adalah Wali Kota Solo Joko Widodo, Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto, Bupati Sragen Untung Sarono Wiyono Sukarno, Wali Kota Blitar Djarot Syaiful Hidajat, Bupati Jombang Suyanto, Bupati Badung Anak Agung Gde Agung, Wali Kota Tarakan Jusuf Serang Kasim, Wali Kota Makassar Ilham Arif Sirajuddin, Bupati Luwu Timur Andi Hatta Marakarma, dan Bupati Gorontalo David Bobihoe.
Kriteria yang dipilih untuk menyeleksi para calon Tokoh Tempo 2008 adalah pelayanan publik, transparansi, dan keramahan pada dunia usaha. Kriteria ini disetujui oleh tim juri yang terdiri atas Doktor Andi Mallarangeng, Sekretaris Komite Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah Agung Pambudi (ketua), Staf Ahli Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Doktor Sondi Anwar, Profesor Robert Simanjutak dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, serta Utama Karjo dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia.
Bagi Tempo, gagasan untuk memilih 10 tokoh dari kalangan bupati dan wali kota dari 472 kabupaten dan kota madya berangkat dari keyakinan bahwa masih ada orang yang bekerja bersih dan jujur di negeri ini.
Selama ini memang banyak anggapan miring tentang otonomi daerah sebagai desentralisasi korupsi dan munculnya raja-raja kecil. Data dari Departemen Dalam Negeri mencatat pada 2004-2006 telah keluar 67 surat izin pemeriksaan untuk bupati dan wali kota. Sampai Maret 2007, sudah 61 kepala daerah jadi terpidana. Seorang bupati masuk hotel prodeo.
"Pemimpin itu tak perlu cerdas sekali. Yang penting lurus hati, mulai berpikir sampai berbuat," ujar Bupati Jombang Suyanto kepada Tempo.
Bupati yang mengaku hanya menghabiskan Rp 40 juta untuk pemilihan kepala daerah itu telah mengundang dokter-dokter spesialis berpraktek di pusat kesehatan masyarakat. Ia juga menggratiskan biaya sekolah hingga sekolah tingkat atas.
Untung Sarono lain lagi. Ia menghubungkan semua desa di Kabupaten Sragen dengan jaringan Internet. Di tangan pengusaha minyak dan gas itu, efisiensi pemerintahan meningkat pesat.
Sedangkan Joko Widodo memilih jalan memanusiakan warganya, yakni pedagang kaki lima, saat melakukan pemindahan. Ia lebih dulu mengundang makan para pelaku sektor informal itu. Joko baru yakin pedagang siap dipindahkan setelah 54 kali mengundang mereka makan. TIM TEMPO

No comments: